Di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), proyek geotermal di Mataloko menjadi sorotan. Limbah dari aktivitas geotermal diduga mencemari sumber air minum masyarakat. Hal ini mengancam kesehatan warga dan keberlanjutan pertanian lokal.

Proyek Geotermal di Mataloko

Proyek geotermal yang berlokasi di Mataloko ini telah berjalan sejak 2003. Tujuan utama proyek ini adalah menghasilkan energi listrik dari panas bumi. Namun, di balik keberhasilannya dalam menghasilkan energi, dampak lingkungan yang ditimbulkan semakin terlihat. Salah satunya adalah pencemaran air minum yang sangat krusial bagi kehidupan masyarakat sekitar.

Dampak Limbah Geotermal Terhadap Lingkungan

Limbah yang dihasilkan dari proyek geotermal tidak hanya berdampak pada ekosistem sekitar, tetapi juga mencemari sumber daya alam yang digunakan oleh masyarakat. Saluran pembuangan limbah dari proyek ini mengalir ke sungai yang selama ini menjadi sumber utama air bersih. Proses ini menyebabkan air di sungai tercemar, mengancam kesehatan warga yang bergantung pada air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Penurunan Kualitas Air Minum

Limbah geotermal mengandung senyawa berbahaya yang dapat mencemari air tanah dan sungai. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air minum di daerah tersebut. Warga yang sebelumnya mengandalkan air sungai kini harus mencari sumber air alternatif yang semakin sulit ditemukan. Selain itu, beberapa petani melaporkan bahwa sawah mereka juga tercemar limbah dari proyek tersebut.

Reaksi Masyarakat Terhadap Proyek Geotermal

Keprihatinan masyarakat Ngada terhadap dampak proyek geotermal semakin meningkat. Mereka mulai melakukan berbagai aksi protes untuk menuntut penghentian proyek tersebut.

Aksi Protes dari Warga dan Aktivis

Pada 12 Maret 2025, ratusan warga bersama dengan biarawan dan biarawati Katolik menggelar demonstrasi di Kantor DPRD Ngada. Mereka menuntut agar proyek geotermal dihentikan segera. Para demonstran berargumen bahwa proyek ini lebih menguntungkan investor ketimbang masyarakat lokal, yang justru merasakan dampak negatifnya.

Penolakan dari Keuskupan Agung Ende

Keuskupan Agung Ende turut menyuarakan penolakan terhadap proyek geotermal di wilayah tersebut. Romo Frederikus Dhedhu, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Ende, menyatakan bahwa pihaknya tetap menentang proyek tersebut meski pemerintah dan pihak terkait lainnya sudah melakukan pertemuan. Keuskupan Agung mengkhawatirkan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari proyek tersebut.

Desakan untuk Peninjauan Kembali Proyek Geotermal

Masyarakat, melalui berbagai perwakilan, terus mendesak agar pemerintah daerah dan pusat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek geotermal di Mataloko. Mereka menuntut agar dampak lingkungan dapat diminimalkan. Selain itu, mereka berharap agar proyek ini tidak merugikan kehidupan masyarakat sekitar.

Pemerintah Harus Bertindak Cepat

Dalam situasi seperti ini, peran pemerintah sangat krusial. Pemerintah daerah dan pusat harus bertindak cepat untuk mengevaluasi proyek geotermal yang ada di Ngada.

Evaluasi Lingkungan dan Sosial

Pemerintah perlu melakukan evaluasi dampak lingkungan (AMDAL) yang lebih komprehensif terhadap proyek geotermal di Mataloko. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan lebih lanjut terhadap lingkungan sekitar. Evaluasi ini juga harus melibatkan masyarakat lokal dalam prosesnya, untuk memberikan suara mereka dalam keputusan yang diambil.

Solusi untuk Masyarakat Lokal

Selain evaluasi, pemerintah juga harus mencari solusi yang lebih baik untuk masyarakat lokal. Pengelolaan air yang lebih baik dan pembuangan limbah yang ramah lingkungan harus menjadi prioritas. Keberlanjutan hidup masyarakat dan lingkungan harus diutamakan agar pembangunan energi tidak mengorbankan kesejahteraan warga.

Mengapa Proyek Geotermal Perlu Dihentikan?

Masyarakat Ngada percaya bahwa proyek geotermal ini dapat dilanjutkan jika dampak negatifnya dapat dikendalikan dengan baik. Namun, jika proyek tersebut terus berlanjut tanpa ada perhatian lebih terhadap dampak lingkungan dan kesehatan, maka akan semakin merugikan masyarakat.

Potensi Kerusakan Ekosistem

Pencemaran air tidak hanya memengaruhi manusia, tetapi juga ekosistem sekitar. Pencemaran sungai dan tanah akan mengancam keberagaman hayati di daerah tersebut. Jika tidak segera ditangani, kerusakan ini bisa berlangsung lama dan sulit untuk diperbaiki.

Ancaman Terhadap Ketahanan Pangan

Selain itu, pencemaran air juga berdampak pada ketahanan pangan lokal. Sawah yang tercemar limbah geotermal mengurangi hasil pertanian dan menyulitkan warga yang bergantung pada pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Ini adalah masalah besar yang harus segera diselesaikan agar tidak merugikan masyarakat lebih lanjut.

Kesimpulan: Tinjauan Kembali Diperlukan

Proyek geotermal di Ngada, meski bertujuan untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan, ternyata membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat. Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi ulang terhadap proyek ini dan memastikan bahwa kepentingan masyarakat lokal dan keberlanjutan lingkungan tetap menjadi prioritas utama.

Upaya mitigasi dan solusi yang tepat sangat diperlukan agar proyek ini dapat berlangsung tanpa merusak lingkungan. Jika tidak, dampaknya akan terasa dalam jangka panjang bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dalam setiap proses evaluasi dan pengambilan keputusan sangatlah penting.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *